Desa
Sukosari Kecamatan Kunir yang mayoritas berprofesi petani sangat membutuhkan
air untuk mengolah sawah dan ladangnya, hal inilah yang menggerakkan hati
beberapa pemuda sukosari untuk melestarikan dan menjaga keutuhan sumber mata
air di desanya.
Menurut
salah satu pemuda yang kami temui, sebenarnya ide ini muncul hasil dari cangkrukan
ringan sesama teman. Mulailah si pemuda ini bercerita mulai awal kepada kami
sebagai penulis.
Kira
kira satu tahun yang lalu, seperti biasa kami sering ngobrol atau cangkrukan sesama
teman dan tetangga di teras rumah. Ada yg menarik dari obrolan itu, kami
bercerita masa lalu masa kecil kami yang lama dihabiskan di desa kecil kami
desa Sukosari tercinta. Seperti biasa anak anak kecil di desa hidupnya pasti akrab
dengan sawah, hutan, danau, sungai dan lain lain. Di desa kami ada nama salah
satu waduk (dam) air yang cukup melegenda di desa Sukosari bagian barat yang
berbatasan dengan desa Kunir lor, dam sekak. Ya dam sekak sangat akrab ditelinga
anak anak ditahun kelahiran '80-'90an. Dam yang dulu sangat jernih dan dalam, kala
itu. Banyak orang tua yang melarang anaknya untuk dekat dekat bermain apalagi
mandi di dam sekak tersebut, tapi yang namanya anak anak tetap saja penasaran
karena memang dam sekak sering di jadikan anak anak kala itu untuk bermain
berenang di sana. Dam sekak mengalir dari barat ke timur melintasi desa
sukosari. Sumber air di aliran dam sekak tersebut berpangkal di desa Kaliwungu
kecamatan Tempeh. Di sebelah utaranya dam sekak kira kira 300 meter ada aliran
sungai yang lebih kecil tapi tidak kalah jernih dengan dam sekak, sungai ini
juga mengalir ke timur melintasi sawah ladang para petani desa Sukosari. Aliran ini
berpangkal di sumber air yang berada tepat di belakang SMP Negeri 1 Kunir. Menurut
pemuda pemuda ini, dulu aliran ini sering digunakan untuk mandi bagi mereka
yang masih terlalu kecil atau yang tidak punya nyali besar untuk berenang di
dam sekak. Lain dulu lain sekaran, itulah menurut pendapat para pemuda ini, seiring
berjalannya waktu, dulu aliran ini debit airnya melimpah dan jernih, tapi
sekarang debit airnya sangat sedikit, di musim penghujan saja kadang tidak
mampu mengairi sawah dan ladang yang di lintasinya. Apa lagi untuk mandi, tidak
menarik lagi bagi anak anak kecil jaman sekarang.
Dengan
melihat kondisi tersebut, mulailah para
pemuda ini melakukan 'risert' kecilnya. Usut punya usut ternyata berkurangnya
debit air di sebabkan banyaknya kayu-kayu besar yang mati, semua tau kalau kayu
itu sebagai penopang, sebagai penahan sumber air yang ada di bawahnya.
Mengetahui hal itu para pemuda ini berfikir bagaimana caranya mengembalikan debit
air agar tetap terjaga seperti dulu. Menanami kembali, penghijauan, itulah yang
ada di benak mereka, akan tetapi jenis tumbuhan apa yang bisa tumbuh cepat dan
bisa bertahan hidup lama? Beringin ( latin : ficus benyamina). Menurut para
pemuda ini, mereka banyak menemui di aliran sungai di Lumajang di mana ada pohon
beringin besar di bawahnya pasti ad sumber air yg mengalir. Mulailah para
pemuda ini membuat bibit-bibit beringin dengan cara mencangkok, setelah 6 bulan
berlalu mereka sudah punya puluhan bibit beringin yang siap di tanam.
Minggu,
tanggal 13 April 2018 kemarin para pemuda ini melaksanakan penghijauan di
sumber air tersebut yang letaknya tepat di belakang SMP Negeri 1 kunir.
Walaupun secara geografis letak sumber air itu masuk wilayah desa Kunir lor,
namun 100% sungai itu mengalir ke timur melintasi persawahan desa Sukosari.
Satu hal yang lebih penting di benak para pemuda ini yaitu menyelamatkan sumber
air yang kian hari kian menyusut debitnya, mereka melakukan dengan suka rela,
tanpa imbalan, tanpa bayaran, mereka hanya yakin bahwa anak cucu mereka juga
berhak menikmati sumber air itu. Di sini penulis hanya bisa berharap masih
banyak lagi pemuda pemudi desa Sukosari yang peduli terhadap sumber mata air
yang butuh pemeliharaan dan perhatian. Mudah mudahan apa yang sudah di lakukan
segelintir pemuda ini bisa memberi manfaat kepada sesama untuk berpuluh puluh
tahun ke depan.Senifah
0 komentar:
Posting Komentar