Selasa, 18 Desember 2012

Bio Gas, Solusi Terbaik Untuk Masyarakat


     


Bertempat tinggal di desa Kunir Kidul Kec. Kunir Kab. Lumajang. Awal mula beliau reaktor biogas kotoran sapi, karean ketertarikan berita yang ada di TV. Nyala api tidak usah beli dan pupuk juga tidak usah beli di kios pupuk. Dari ketertarikan itulah, lantas dengan modal sedikit beliau membangun reaktor biogas dari cempolong tetapi hasilnya malah mengecewakan. Gas yang beliau tunggu tidak kunjung jadi, uang sekian ratus ribu terbuang percuma. Tetapi dari kegagalan itu justru menjadi cambuk bagi beliau dimana letak kegagalan tersebut.


 Selang 1 tahun kemudian beliau punya inisiatif untuk membuat lagi, tapi baliau tidak memakai cempolong lagi tetapi pakai bak tandon besar ( drum penampungan air) dengan kapasitas 1000 liter dan hasilnya sangat memuaskan.
Dari bak tandon besar tadi, dibuatkan sebuah pipa yang terhubung dengan palstik besar dengan ukuran 1,5 x 2,5 meter persegi. Dalam waktu 15 hari setelah kotoran sapi di masukkan kedalam tandon tersebut, plastik yang menjadi tempat gas sudah terisi penuh seperti balon yang akan meletus. Dengan terisinya gas ke dalam plastik tersebut, menandakan bahwa usaha dari baliau bisa dikatakan berhasil.

Setelah 1 tahun beroperasinya biogas tersebut, selama itu pula beliau merasakan manfaat dari biogas tersebut. Disaat tetangga baliau merasakan bingung mancari minyak tanah dan gas LPG, istri baliau malah tersenyum riang dengan adanya pasokan gas gratis dari kreasi suaminya. Disaat petani lain bingun membeli pupuk di kios pupuk, beliau dengan senangnya memakai pupuk dari pembuangan sisa biogas.
Justru pada saat itu beliau kewalahan untuk untuk mensuplai pupuk untuk warga yang memesan pupuk dari beliau, karena warga mengetahui manfaat dari pupuk tersebut dari bukti nyata bahwasannya berbagai tanaman dari Pak Arifi yang tumbuh subur berkat memakai pupuk itu, yang mana manfaatnya tidak jauh berbeda dari pupuk olahan pabrik.

Setiap 1 mingggu sekali, Pak Arifi harus menyediakan kurang lebih 500 liter untuk para petani yang membutuhkannya. Pupuk dari sisa biogas tersebut pernah diuji coba pada tanaman tembakau, jagung, cabe, dll. Pernah juga ada petani pepaya yang memakai pupuk tersebut, hasilnya pun benar-benar memuaskan.

Sekarang Pak Arifi merasa kewalahan untuk menyediakan setok pupuk karena keterbatasan daya tampung tandon yang hanya 1.000 liter, di masa mendatang beliau berkeinginan untuk membangun sebuah tempat biogas yang lebih besar supaya bisa mencukupi permintaan pupuk cair dari biogas tersebut, terutama gas yang dihasilkan juga lebih besar sehingga dapat disalurkan kepada tetangga yang membutuhkannya.


By Ali...